Dalam hiruk-pikuk deretan pertokoan di Jalan Veteran, Kota Tasikmalaya, terdapat sebuah tugu yang tak mencolok. Helm tentara dan loreng hijau yang menghiasi tugu itu hanya sebatas penanda bagi pejalan kaki dan pengendara yang melintas. Namun, di balik sederhana itu, tersimpan nilai sejarah yang menggetarkan.
Tugu ini mengenang semangat patriotisme perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan.Tugu ini juga mengenang keberadaan markas Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) yang nyata ada di Kota Tasikmalaya.
Markas PETA simbol semangat serdadu-serdadu yang didirikan oleh Jepang selama masa pendudukan mereka di Tanah Air. Mereka bukan sekadar pasukan, melainkan pahlawan yang berjuang mati-matian demi kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda PETA digembleng dengan kemampuan militer, menjadi bekal saat melawan agresi Belanda dan melucuti persenjataan Jepang yang kalah perang. Presiden Sukarno sendiri menyebut PETA sebagai “alat vital bagi revolusi kita.”
Namun, sayangnya, tugu ini tampak kusam dan terlupakan. Hanya secuil tulisan yang mengingatkan kita akan peran mereka. “Lokasi ini bekas Batalyon Peta Dai Ichi & Dai Ni Dai Dan,” demikian tertulis di badan tugu. Di lahan sekitarnya, dulu berdiri Markas Tentara PETA Tasikmalaya, yang kini telah berganti menjadi pusat perbelanjaan.
Meski bangunan fisiknya lenyap, semangat patriotisme mereka tetap hidup. Seperti kata Bung Karno, mereka adalah pahlawan revolusi yang membawa Indonesia menuju kemerdekaan. Dan di antara deru zaman, kita mengenang mereka di Tugu PETA ini.
#BPSKoTasHebat
#Keepitup!!!
#LebihCepat,LebihTepat,LebihBaik
#JadikanPrestasiMenjadiSebuahTradisi